Senin, 01 Maret 2010

PENDIDIKAN HOLISTIK
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri . Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.

Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi kemanusiaan paling elementer di atas dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai (Depdiknas, 2005). Thomas diacu dalam Latifah (2008) merupakan suatu upaya membangun secara utuh dan seimbang pada setiap murid dalam seluruh aspek pembelajaran, yang mencakup spiritual, moral, imajinatif, intelektual, budaya, estetika, emosi dan fisik yang mengarahkan seluruh aspek-aspek tersebut ke arah pencapaian sebuah kesadaran tentang hubungannya dengan Tuhan yang merupakan tujuan akhir dari semua kehidupan didunia.


Pendidikan Holistik merupakan suatu respon yang bijaksana atas ekologi, budaya, dan tantangan moral pada abad ini, yang bertujuan untuk mendorong para kaum muda sebagai generasi penerus untuk dapat hidup dengan bijaksana dan bertanggung jawab dalam suatu masyarakat yang saling pengertian dan secara berkelanjutan serta ikut berperan dalam pembangunan masyarakat Pendidikan holistik berkembang sekitar tahun 1960-1970 sebagai akibat dari keprihatinan tewrhadap krisis ekologis, dampak nuklir, polusi kimia, dan radiasi, kehancuran keluarga, hilangnya masyarakat tradisional, hancurnya nilai-nilai tradisional serta institusinya.

Pada saat ini banyak model pendidikan yang berdasarkan pandangan abad ke 19 yang menekankan pada (belajar terkotak-kotak), linier thinking (bukan sistem) dan (fisik yang utama), yang membuat siswa sulit untuk memahami relevance dan value antara yang dipelajari disekolah dengan kehidupannya. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem pendidikan yang terpusat pada anak yang dibangun berdasarkan asumsi connectedness, wholeness being fully human.
Untuk mencapai tujuan pendidikan holistik, maka kurikulum yang dirancang juga harus diarahkan untuk mencapai tujuan pembentukan manusia holistik. Termasuk di dalamnya membentuk anak menjadi pembelajar sejati, yang senantiasa berpikir holistik, bahwa segala sesuatu adalah saling terkait atau berhubungan. Beberapa pendekatan pembelajaran yang dianggap efektif untuk menjadikan manusia pembelajar sejati diantaranya adalah pendekatan siswa belajar aktif, pendekatan yang merangsang daya minat anak atau rasa keingintahuan anak, pendekatan belajar bersama dalam kelompok, kurikulum terintegrasi, dan lain-lain (Megawangi)

Pendidikan holistik dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran dengan beberapa cara, diantaranya dengan menerapkan Integrated Learning atau pembelajaran terintergrasi/ terpadu, yaitu suatu pembelajaran yang memadukan berbagai materi dalam satu sajian pembelajaran. Inti pembelajaran ini adalah agar siswa memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi lainnya, antara saru mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Dari integrated learning inilah muncul istilah integrated curriculum (kurikulum terintegrasi/terpadu). Karakteristik kurikulum terintegrasi menurut Lake dalam Megawangi, (2005) antara lain : Adanya keterkaitan antar mata pelajaran dengan tema sebagai pusat keterkaitan, menekankan pada aktivitas kongkret atau nyata, memberikan peluang bagi siswa untuk bekerja dalam kelompok. Selain memberikan pengalaman untuk memandang sesuatu dalam perspektif keseluruhan, juga memberikan motivasi kepada siswa untuk bertanya dan mengetahui lebih lanjut mengenai materi yang dipelajarinya.
member kesempatan kepada siswa untuk belajar melihat keterkaitan antar mata pelajaran dalam hubungan yang berarti dan kontekstual bagi kehidupan nyata. Sebagai contoh terdapat dalam kurikulum dengan tema kendaraan yang memiliki keterjalaan sebagai berikut
Kurikulum terintegrasi dalam pendidikan holistik membuat siswa belajar sesuai dengan gambaran yang sesungguhnya, hal ini karena kurikulum terintegrasi mengajarkan keterkaitan akan segala sesuatu sehingga terbiasa memandang segala sesuatu dalam gambaran yang utuh. Kurikulum terintegrasi dapat memberikan peluang kepada siswa untuk menarik kesimpulan dari berbagai sumber infomasi berbeda mengenai suatu tema, serta dapat memecahkan masalah dengan memperhatikan faktor- faktor berbeda (ditinjau dari berbagai aspek). Selain itu dengan kurikulum terintegrasi, proses belajar menjadi relevan dan kontekstual sehingga berarti bagi siswa dan membuat siswa dapat berpartsipasi aktif sehingga seluruh dimensi manusia terlibat aktif (fisik, social, emosi, akademik).


Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005 – 2009. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Latifah, M.2008 Pendidikan Holistik. Bahan Kuliah (tidak dipublikasikan). Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Megawangi, R., Melly L., Wahyu F.D. 2005. Pendidikan Holistik. Cimanggis: Indonesia Heritage Foundation

Selasa, 16 Februari 2010

Permendiknas No 05/2010 Jelaskan Tugas dan Tanggung Jawab Pejabat Daerah terhadap DAK



 

Keresahan peserta Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Program Perluasan dan Peningkatan Mutu SMP tentang batas tugas dan tanggung jawab antara Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Pemerintah Kabupaten/Kota, akhirnya terjawab seiring kelahiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 05 tahun 2010. Permendiknas yang lahir pada Selasa, 2 Februari kemarin, mengatur tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan tahun Anggaran 2010.

Seperti diketahui, saat berlangsung Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Program Perluasan dan Peningkatan Mutu SMP di Hotel Horison, Bandung, tanggal 28 s.d 30 Januari kemarin, para peserta yang terdiri dari Penanggung Jawab DAK Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Penanggung Jawab DAK Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dilanda keresahan karena batas tugas dan tanggung jawab di antara mereka terhadap DAK dinilai remang-remang. Ini seperti disampaikan Evita Murni, SE, Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (PKAD), Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat.

“Petunjuk teknis dari Diknas masih bercerita tentang dirinya sendiri, sementara kita di lapangan itu uangnya sudah ditaruh ke Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah, dan teknisnya tetap di Dinas Pendidikan. Seharusnya dijelaskan tentang porsi masing-masing. Tapi ini yang tidak jelas,” keluh Evita Murni.

Menjawab persoalan tersebut, Fathurrahman, Ph. D., salah satu Penanggung Jawab Program DAK dari Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, menjawab bahwa batas tugas dan tanggung jawab antara Penanggung Jawab DAK Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Penanggung Jawab DAK Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, sudah dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 05 tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan tahun Anggaran 2010.

“Tugas dan tanggung jawab antara keduanya sudah dijelaskan dalam Permendiknas tersebut,” kata Fathurrahman.

Dalam Permendiknas Nomor 05 tahun 2010, dijelaskan bahwa di antara tugas dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota adalah; pertama, bertanggung jawab terhadap penyediaan dana sekurang-kurangnya 10 persen dari besaran DAK yang diterima; kedua, menyediakan anggaran/dana biaya umum untuk kegiatan perencanaan, sosialisasi, pengawasan, dan biaya operasional lainnya sesuai dengan kebutuhan; ketiga, menetapkan nama-nama SD/SDLB dan SMP penerima DAK bidang pendidikan tahun anggaran 2010 dalam keputusan bupati/walikota; dan seterusnya.

Sementara tugas dan tanggung jawab Dinas Pendidikan Kabuaten/Kota di antaranya adalah; pertama, membentuk tim teknis untuk melakukan pemetaan dan pendataan kondisi prasarana sekolah dan sarana penunjang peningkatan mutu pendidikan di sekolah; kedua, membentuk tim seleksi dan pegawas untuk pengadaan komponen sarana penunjang peningkatan mutu pendidikan; ketiga, memberikan bimbingan teknis yang cukup dalam pengelolaan keuangan DAK bidang pendidikan; dan lain sebagainya.

Menurut Fathurrahman, selain ada penjelasan teknis terkait tugas dan tanggung jawab Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Pemerintah Kabupaten/Kota, dalam Permendiknas Nomor 5 tahun 2010 itu juga dijelaskan tentang tugas dan tanggung jawab Pemerintah Provinsi, Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota, Kepala Sekolah, dan Komite Sekolah.

“Memang, Permendiknas ini baru keluar tanggal 2 Februari kemarin. Tapi akan segera kami sosialisasikan,” lanjut Fathurrahman.

Dengan kelahiran Permendiknas Nomor 05 tahun 2010 ini, diharapkan semua pihak yang bertanggung jawab terhadap DAK, bisa menjalankan tugas pokok dan fungsi masing-masing secara sinergis, untuk keberhasilan pelayanan pendidikan terhadap masyarakat.



Kamis, 04 Februari 2010

Unesa Menjemput Calon Mahasiswa Dari Trenggalek

 
Foto-foto : (atas) Peserta diskusi, tekun dan penuh empaty

Foto : Tim Unesa bersama dengan Kru Teknis Dinas Pendidikan Trenggalek

Istilah jemput bola  sudah menjadi rutinitas atau bahkan mungkin akan mentradisi di lembaga Perguruan Tinggi yang satu ini. Sejak beberapa tahun setelah berganti nama dari IKIP Surabaya  (Tahun 1999) menjadi Unesa (Universitas Negeri Surabaya), lembaga ini sangat proaktif dalam menjaring lulusan SLTA di daerah-daerah. Penelusuran bakat dan prestasi diimbangi dengan penjaringan calon mahasiswa melalui jalur umum (test), dilakukan pihak rektorat dengan cara seksama dan familiar. Familiar, dalam pengertian melalui jalinan silaturrakhmi dengan para calon lulusan SMA/SMK di daerah kabupaten/kotamadya, melakukan diskusi dan temu wicara, sehubungan dengan prosedur dan sistim rekruitmen mahasiswa di Unesa.

Setiap menjelang ujian akhir siswa tingkat sekolah lanjutan atas, Unesa menugaskan tim khusus yang bertugas memberikan semacam pencerahan sekaligus pencarian bakat dan minat para generasi muda. Dengan demikian diharapkan, tekad para penerus Bangsa tersebut senantiasa teguh untuk berupaya meningkatkan ilmu pengetahuan mereka melalui pendidikan tinggi.

Kamis, 4 Pebruari 2010, bertempat di Hotel Gotong Royong Trenggalek, Tim Unesa bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Trenggalek melangsungkan temu wicara dan diskusi terbuka dengan siswa kelas XII (kelas 3 SMA/SMK dan MA), serta guru pembimbing se-Kabupaten Trenggalek. Hadir dalam acara ini tidak kurang dari 125 siswa dari SMA/MA dan SMK negeri dan swasta.

Semoga, kehadiran Tim Unesa ini dapat menggugah minat generasi muda Trenggalek untuk menimba ilmu ke jenjang perguruan tinggi. Sehingga SDM kota Kripik Tempe yang kita cintai makin berkualitas dan mampu bersaing di ranah globalisasi. Amin.




Kamis, 28 Januari 2010


ROMBONGAN DINAS PENDIDIKAN BERSAMA DPRD KAB. TRENGGALEK
STUDI BANDING KE JEMBRANA PROVINSI BALI PADA AKHIR TAHUN 2008

Foto Pembangunan USB

Rabu, 20 Januari 2010

Sabtu, 16 Januari 2010

Guruh: Saya Siap Sedia Jadi Ketum PDIP


Guruh Soekarnoputra (Foto: friendster)
JAKARTA - Guruh Soekarnoputra menyatakan kesediaannya untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), menggantikan Megawati Soekarnoputri.

“Saya bersedia menjadi Ketua Umum PDIP atas permintaan saudara-saudara. Saya akan memimpin partai ini ke depan,” ujar Guruh saat berorasi di depan fungsionaris PAC PDIP di Jalan Sriwijaya Raya Nomor 26, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (16/1/2010).

Dia menepis segala keraguan atas dirinya untuk bisa menggantikan posisi sang kakak di partai berlambang banteng moncong putih itu.

“Mungkin masih banyak saudara yang sangsi, tapi saya tegaskan saya tidak hanya sekadar siap, tapi siap sedia. Orang yang siap belum tentu bersedia begitu juga kebalikannya tapi kalau saya siap sedia,” tandasnya.

Guruh menambahkan, untuk maju sebagai bakal calon Ketum PDIP dirinya tidak perlu restu dari Megawati.

“Saya tidak perlu mendapat restu dari Mega. Jika rakyat menginginkan saya akan maju. Mbak Mega sebagai Ketua Umum mendorong saya, menasehati saya untuk turun ke bawah agar dekat dengan rakyat seperti yang beliau lakukan. Itu yang saya pegang hingga sekarang,” katanya.

Menurutnya, tidak ada keraguan dari diri Mega untuk mundur dari jabatannya sekarang.

“Jika rakyat meminta Mbak Mega untuk istirahat sebagai nasionalis pasti dia akan legowo. Saya juga jauh-jauh hari minta restu dari kakak-kakak saya,” pungkasnya.
(lsi)








o1 o2